Header Ads

Salah Satu Tanda Natal Sudah Dekat Bagi Mereka Yang Masih Terisolir.


Bagi orang-orang yang menganut ajaran Kristen Natal mungkin identik dengan pohon Natal. Namun, sebenarnya perayaan hari raya Kristen tersebut lebih dari itu.


Melansir berbagai sumber setidaknya ada sekitar tujuh penanda Natal yang dapat dengan mudah ditemukan selama perayaan Natal, di antaranya lonceng, lilin, sinterklas, hingga kaus kaki.


Setiap penanda Natal ini mengusung makna tertentu. Hiasan-hiasan Natal, misalnya, bukanlah sekedar hiasan karena di setiap simbol Natal juga memiliki makna khusus.


Namun lebih dari itu ada salah satu tanda yang sengaja dimasukan saja oleh sebagian warga yang masih tersisolir karna kondisi topografi mereka saat ingin pulang kampung untuk merayakan perayaan Natal bersama keluarga tercinta mereka seperti halnya warga Amfoang.


Amfoang merupakan salah satu wilayah yang ada di Pulau Timor Provinsi NTT dan secara administrasi wilayah Amfoang berada dibawah kekuasaan pemerintahan Kabupaten Kupang dengan mayoritas agama mereka adalah penganut ajaran Kristen.


Menjadi wilayah paling timur di daerah administratif kabupaten Kupang yang menghubungkan langsung Indonesia dengan salah satu Negara tetanggahnya Republik De Timor Leste (RDTL) alias Negara yang pernah menjadi Provinsi ke 27 Indonesia, wilayah ini terkenal dengan Susu dan Madunya serta tidak kalah terkenal dengan ironi keterisolirannya


Beberapa sumber menyebut, Wilayah ini masih sangat tertinggal, terpencil dan terkebelakang di Kabupaten Kupang, sehingga dipecah menjadi enam kecamatan untuk memudahkan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat.


Untuk menggapai enam wilayah kecamatan tersebut, tidaklah segampang yang dibayangkan, karena harus melewati medan jalan yang sangat buruk, tetapi kondisi ini sudah sedikit berubah karna kondisi jalannya sedikit demi sedikit mulai membaik hingga saat ini di penghujung tahun 2022.


Kondisi jalannya memang sudah membaik tetapi tidak dengan naik turun gunungnya dengan melintasi lembah yang terjal serta harus mengarungi kurang lebih 100 anak sungai untuk menaklukannya.

Salah satu dump tuck yang melintasi kali taen pada (11/12/2022) dokumen:ist.


Sejak pemerintahan Kabupaten Kupang terbentuk pada 1959, tak seorang pun kepala daerah yang berani melintas ke Amfoang, kecuali pada masa pemerintahan Bupati Kupang Ayub Titu Eki. Akan tetapi keberanian Bupati Ayub Titu Eki itu telah dipupuskan oleh sejumlah pejabat mulai dari Gubernur Viktor Laiskodat, Ketua DPRD NTT Emi Nomleni, Bupati Korinus Masneno hingga Wabup Jerry Manafe yang juga sudah sering bolak balik ke wilayah Amfoang. Selain itu, semenjak adanya Daerah Pemilihan Amfoang (DAPIL) tersendri kehadiran anggota DPRD juga tidak lagi seperti sebelum ada Dapil tersendiri yang mana hanya dapat ditemui saat-saat tahun politik.

Nah, seperti yang sudah admind sampaikan yah sahabat mumolok.blogspot.com, bahwa untuk menggapai enam wilayah kecamatan tersebut, tidaklah segampang yang dibayangkan, karena meskipun kondisi jalan yang sudah membaik akan tetapi, tidak dengan lembah gunung dan ratusan anak sungainya. Maka tidak heran dikalah musim hujan seperti saat ini antara bulan Oktober - April sahabat yang berkunjung ke wilayah Amfoang harus mempersiapkan fisik dengan baik.



Bagi sebagian besar masyarakat Amfoang dengan mayoritas pemeluk agama Kristen yang mana akan mudik dibulan Desember untuk Natalan bersama keluarga. Mereka sudah sangat terbiasa dengan kondisi melewati lembah gunung dan banjir jadi tidak heran jika warga orang-orang di Amfoang juga sering menjadikan tanda-tanda keterisoliran (banjir) sebagai tanda Natal sudah dekat, plus mekarnya bunga bunga sepe disebagian besar pulau Timor dan adanya bule masuk kampung (rambut dicat).



Yang paling terakhir adalah selain menjadikan keterisoliran (banjir) dan sekalipun medan jalan sudah baik tetapi kondisi topografi Amfoang yang memiliki kurang lebih ratusan kali yang belum semuanya dibuatkan jembatan untuk dilewati, menjadikan sebagian masyarakat amfoang yang memiliki profesi sebagai sopir memiliki keahlian khusus dalam mengemudi dikalah musim hujan seperti saat ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa gambar yang tersebar luas di media sosial seperti Facebook yang diunggah oleh pengguna Facebook @Desmarlin Rosanti.


 Dalam unggahanya. Pada (12/11/202) tampak sebuah Dum truck sedang berjuang melewati arus kali yang cukup deras serta sangat membahayakan karna air kali yang dilewati tersebut hampir menutupi semua badan dum truck berwarna kuning tersebut.



"Ini bru bilng joki (sopir red) hebat pa..bukan kaleng2...Slmt. buat om Tanel asl. Amfoang tengh. Brhasil. Mlwti bnjir deras di. Kali taen..sore tadi......Luar biasa om. Tuhan Yesus Membrkatimu..", tulisnya .


Sepertinya yang mengunggah ingin mengatakan bahwa menekuni profesi sopir diwilayah Amfoang harus profesional ya, karna ada istilah unik yang sering dialamatkan pada parah sopir yakni "Beda Joki beda rasa, kalah joki mati gaya" kocag memang tapi begitulah parah warga menyemangati para sopir.


Powered by Blogger.