Header Ads

Amfoang Yang Belum di Perhatikan







MUMOLOK, OELAMASI - Amfoang merupakan salah satu wilayah yang secara administratif berada di kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Vidio di ambil dari akun WhatsAp warga Amfoang Desa Lilmus Kecamatan Amfoang Utara
Amfoang sendiri memiliki 6 wilayah kecamatam yaitu; Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Amfoang Utara, Kecamatan Amfoang Barat Laut, Kecamatan Amfoang Barat Daya , Kecamatan Amfoang Tengah dan Kecamatan Amfoang Selatan.

Pada saat musim hujan masyarakat amfoang harus berjuang menyebrang banjir. Perjuangan melawan banjir ini di karenakan banyak nya jumlah kali di sepanjang wilayah amfoang, selain jumlah kali yang banyak infrastruktur pendukung utama seperti jembatan pun tidak memadai hal ini mengharuskan masyarakat amfoang bisa menyebrang banjir saat musim hujan.

Pada musim hujan seperti ini Masyarakat juga sangat sulit untuk bepergian dari kampung yang satu ke kampung yang lain.

Seperti pada hari sabtu (07/03/2020), masyrakat yang mau bepergian ke pasar untuk berbelanja, terpaksa harus menyebrangi kali setinggi pinggang orang dewasa seperti vidio yang di ambil di akun WhatsAp warga dari Desa Lilmus kecamatan Amfoang Utara saat pulang dari pasar.

Tampak warga yang sedang meyebrangi banjir sambil memikul kendaraan mereka. Bagi mereka ini sudah menjadi kebiasaan warga Amfoang setiap musim hujan tiba bahkan sering terjadi korban jiwa. Keadaan ini seperti hanya menjadi tontonan yang menarik bagi pemerintah. Masyarakat Amfoang merasa seakaan dijadikan sebagai tumbal ketika musim hujan tiba.

Selain dari aktivitas warga pada umumnya, para pelajar di amfoang juga mengalami kendala tersendiri pada saat musim hujan karna jumlah sekolah yang terbatas seperti di Kecamatan Amfoang Utara saat ini hanya memiliki 1 SMA saja, sementara Kecamatan ini terbentuk atas 5 Desa (Desa Bakuin, Lilmus, Kolabe, Fatunaus dan Desa Afoan) dan 1 kelurahan yaitu Kelurahan Naikliu yang menjadi ibu kota kecamatan Amfoang Utara.

Letak sekolah ini juga berada di penghujung kampung kecamatan ini, dimana letaknya berada di Desa Afoan yang merupakan Desa paling Barat di Kecamatan ini. Memang dunia pendidikan tidak mengenal jarak dan lain sebagainya, namun ketersediaan infrastruktur yang tidak mendukung agar bisa sampai ke sekolah juga harusnya menjadi prioritas tersendiri bagi pemerintah, bahkan menurut cerita Dedi Robertus Kebo salah satu alumni SMAN 1 Amfoang Utara. Pernah terjadi korban jiwa akibat banjir.

Sibolon Baitanu (Alm), merupakan siswa yang menjadi korban banjir. Saat itu dirinya suda kelas XI IPS II, yang berasal dari kecamatan Amfoang Barat Laut, Desa Saukibe.

Kronologi kematian. Saat itu hari sabtu (23/02/2015), kira-kira pukul 13:00 Wita bersama dengan Sibolon dan 4 orang teman lainnya kami berangkat dari Asrama sekolah ke Saukibe, saat itu sedang hujan deras tapi karna beras kamk pada saat itu suda tidak ada lagi maka saat itu kami memustuskan untuk pergi perjalanan sepanjang kurang lebih 17 KM hingga kira-kira pukul 18:15 tibalah kami di Kali Nitlopen, kali yang berukuran sekitaran 3 KM saat itu sedang banjir. Setibah nya kami di pinggiran kali, korban yang tidak tau berenang mengajak kami untuk tidak berlama-lama lagi di pinggiran kali, cerita Dedi.

Lanjut Dedi menceritakan kronologi kematian, setelah berjuang melawan derasnya arus kali kurang lebih 30 menit sampailah mereka di pinggiran sebelah, dan setelah beberapa menit barulah di sadari diantara kami tidak lengkap dan Sibolon lah yang tidak ada Tutup Dedi menceritakan kematian tersebut.

Selain Sibolon masi ada korban-korban yang lain etiap tahun nya. Untungnya di tahun ini (2020) sejak awal musim hujan belum ada korban yang di sebabkan oleh banjir.

Selain dari jembatan yang tidak memadai kondisi jalan yang tidak beraspal sepanjang jalan juga menjadi pemicu keterisoliran masyarakat amfoang saat musim hujan ketika kota Kabupaten (Kupang). Lumpur sepanjang jalan mengakibatkan jalur Pantai Utara menjadi terisolir pada saat musim hujan dan masyarakat terpaksa melalui poros tengah jalan yang di buat pada tahun 2018, dan di perhatikan lagi oleh PEMPROV pada tahun 2019 kemaring, sayang pengerjaannya tidk sesuai dengan anggaran yang di tetapkan, pengerjaan tidak memprioritaskan kualitas, sehingga sampai saat ini jalan yang kontrak kerjanya telah berakhir pada Desember 2019 sudah tidak ada lagi aktifitas pengerjaan . Tentu ini harus menjadi perhatian kusus bagi pemerintahan Provinsi sebagaimana yang dikatakan oleh Gubernur NTT yang dimana pada saat pengerjaan pertama dirinya menegaskan agar PT harus memprioritaskan kualitas dari pengerjaan.

Powered by Blogger.